Sabtu, 05 November 2016

Ibarat seekor lebah, inilah kami



Bismillahirahmanirrahiim………………

“perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih dan tidak merusak atau mematahi (yang dihinggapinya)”. (Ahmad, Al-Hakin dan Al-Bazzar)

Hadist di atas seolah mengingatkan kita terutama diri ini sebagai seorang muslim dalam menjalankan kehidupan di bumi yang mungkin hanya berselang 60-70 tahun Allahu’alam. Sebagai pengingat apakah kita termasuk benar-benar seorang muslim beriman atau hanya mengaku beriman
Lebah, seekor hewan yang Sang Kuasa hidupkan sebagai penghasil madu yang manfaatnya sangatlah dirasakan ribuan makhluk yang hanya mampu mengambilnya dikala ribuan lebah berhasil mengangkatnya dari ribuan bunga. Sang Maha Indah pun menjadikan lebah sebagai sebuah perumpamaan hamba-hamba yang Ia cintai

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kehidupan lebah. Seekor lebah setiap kepakan sayapnya mampu memberikan manfaat. Ketika kakinya menempel pada salah satu bunga lalu hinggap ke bunga yang lain maka sebenarnya sang lebah sedang membantu bunga dalam melakukan penyerbukan tanpa merusak maupun mengurangi hal-hal yang ada pada bunga. Seperti inilah perumpamaan seorang muslim yang beriman, setiap langkahnya mampu memberikan manfaat bagi orang-orang yang ada disekitarnya, memberikan nasihat tanpa melukai yang lain. Berusaha meraih hak-hak nya tanpa merusak atau mematahi yang ada di sekelilingnya.
Lalu kenapa masih ada orang-orang muslim yang menyakiti saudara seimannya atau bukan seimannya?
seperti yang tertulis pada bagian atas, apakah kita termasuk orang yang benar-benar beriman atau hanya mengaku beriman? 

Berkaca pada diri sendiri yang mungkin masih belum bisa menahan hal yang sangat kecil dalam kehidupan “menjaga lisan”, ya lisan ini sepertinya sangat sulit untuk dijaga dalam sebuah keimanan, namun kami seorang manusia yang terus berharap agar keimanan kita berada diposisi atas dan tidak berada dalam kondisi futur.
Tapi tengoklah guru-guru kami disana yang patut dijadikan contoh untuk menjadi orang-orang yang beriman di saat ini. Mengambil contoh dari aksi 4-november 2016 ini. Penulis ulung ini hanya mampu memantau dari balik layar handphone tentang perjuangan para mujahid di medan perang, ribuan kabar dari para saudara yang turun langsung kelapangan memberikan gambaran situasi yang sebenarnya.

Beberapa dari mereka mengabarkan salah satu guru kami mengintruksikan para santrinya untuk menjadi tim kebersihan di lautan manusia, ya, salah satu guru kami ini mengajarkan kami untuk tetap menjaga dan tidak membuat kerusakan di bumi ini.
lalu apakah hanya itu?
tidak….

Guru kami yang lain yang menjadi pemimpin dalam sebuah “aksi damai” yang digembor-gemborkan orang yang belum paham sebagai “aksi kericuhan” ini, memberikan intruksi kepada massa untuk tetap tenang walaupun gas air mata diluncurkan dengan jargon mereka hanyalah tiga
“Jangan Melawan”
“Diam di Tempat”
“Jangan Maju”

Bahkan salah satu ormas yang juga ikut turun di medan perang saat itu telah siap menjadi pagar pembatas agar tidak terjadi bentrok antar masa dengan polisi sehingga kericuhan tidak terjadi

Namun lagi-lagi media melebih-lebihkan dan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan kondisi dilapangan

Sedikit gambaran yang bisa dituliskan oleh seorang manusia yang hanya bisa memanjatkan do’a dalam sebuah pantauan mereka yang dengan semangat nya turun ke medan perang dan memberikan kesaksian atas informasi yang tertulis di atas.

Lalu kenapa guru-guru kami mengambil sikap untuk turun kelapangan melakukan aksi yang notabennya menimbulkan kericuhan walaupun sedikit?

Sang Maha Tahu mengibaratkan lebah sebagai perumpamaan seorang muslim yang beriman. Seperti yang kita ketahui seekor lebah tidaklah akan menyengat seorang manusia jika manusia tersebut tidak menyerang nya terlebih dahulu atau merusak sarangnya. 

Ya inilah gambaran guru kami, orang-orang beriman yang ada dibelakangnya dan kami sebagai umat muslim yang sedang dalam proses beriman seutuhnya, menjadi suatu hal yang pantas kami dan mereka lakukan ketika ada seorang manusia yang melecehkan sebuah pedoman yang menjadi landasan dari akidah kami. Jika mengambil secara utuh perumpamaan seekor lebah ketika marah mungkin kejadian 4-november 2016 yang lalu akan memunculkan korban-korban dari lawan, karena memang seekor lebah yang marah maka akan menyengat lawannya hingga sang lawan merasa kesakitan bahkan ada yang teracuni. Namun sebuah aksi yang dilakukan 4 november lalu apakah seperti itu? tidak, para mujahid tetap berusaha tenang dan tidak anarkis seperti yang tertulis di media-media yang terlalu melebih-lebihkan dalam mengabarkan

Namun hal yang sangat disayangkan terjadi, sang punya rumah tidak ada ditempat dan tidak memuliakan tamu yang datang ke kediamannya, padahal banyak diantara tamu yang rela meninggalkan kediamannya yang jauh disana untuk bertemu dengan sang pemiliki kediaman.
Allahu’alam

Sumber:
Para Mujahid Sabin (Sekolah Alam Bintaro)

Minggu, 30 Oktober 2016

Sahabat, kau menggetarkan hatiku




Bismillahirahmanirahiim…….
Mencoba mengulik sedikit ilmu dari beberapa ilmu yang ada di dalam lembaran-lembaran buku bercover putih. Di dalamnya berisikan sebuah penjelasan terkait ka’bah sebagai pusaran energi di bumi, karena memang judul yang tertulis di sampul depannya adalah “Pusaran Energi Kabah”

Mengambil segelintir ilmu dari puluhan ilmu yang ada di dalam buku tersebut mungkin yang membaca tulisan ini  akan heran membaca judulnya dan berfikir “diambil dari buku yang bercerita ka’bah tapi ko judulnya getaran dan hati???”.

Ya, pada tulisan saya yang masih jauh dari kata baik ini saya akan membahas tentang hati dan getarannya.  Buku tersebut menuliskan beberapa istilah fisika yang akhirnya merujuk saya mengingat sebuah hadis pertemanan.

“Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya” (HR Bukhari No 2101, Muslim No 2628)



Resonansi, sebuah istilah didalam ilmu fisika dan kimia yang saya pikir memiliki hubungan dengan hadist di atas (mohon maaf jika analisis saya salah)

Apa yang dimaksud dengan resonansi?
Secara sederhana pengertian resonansi adalah penularan getaran kepada benda lain. Artinya, jika kita menggetarkan suatu benda, lantas benda lain tersebut terkena getaran, maka dapat dikatakan benda lain tersebut terkena resonansi alias ‘tertular’ getaran.

Dalam ilmu kimia dikenal bahwa atom adalah unit terkecil penyusun makhluk hidup maupun benda mati, Manusia adalah makhluk hidup yang di dalam tubuhnya terdapat miliaran-miliaran atom yang menyusun sel lalu menjadi jaringan yang tersusun menjadi organ hingga akhirnya menjadi seorang manusia, Melihat lebih dalam bagian-bagian atom yang ternyata tersusun atas elektron dan proton yang masing-masing bermuatan negatif dan positif sehingga dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk miliaran bioelektron



Jantung dan hati merupakan pusat dari kehidupan manusia karena memang jantung adalah tempat memompa darah yang akhirnya dialirkan keseluruh tubuh. Seperti sebuah gardu PLN yang mengalirkan aliran listrik ke rumah-rumah. Begitu juga yang terjadi dengan jantung dan hati sehingga dapat dikatakan jika hati dan jantung ini bermasalah maka akan mempengaruhi organ-organ yang lainnya pula

Jantung atau hati ini akan mengalami getaran setiap kali sang pemiliknya melakukan suatu hal, seperti halnya ketika seseorang marah maka tak jarang getaran yang dirasakannya sangatlah keras begitu juga sebaliknya, seseorang yang berdzikir maka akan merasakan getaran yang lembut di dalam hatinya. Dan inilah yang mempengaruhi aura yang terpancar pada setiap manusia.

Setiap kegiatan yang dilakukan manusia selalu menimbulkan getaran. Perbuatan yang di dasarkan dengan hawa nafsu akan cenderung menghasilkan getaran yang kasar dan bergejolak tidak beraturan, dalam tinjauan fisika getaran ini disebut memiliki frekuensi rendah dengan amlitudo besar. Sedangkan sebuah kegiatan yang didasarkan dengan Ilahiah ( sabar, ikhlas, kepasrahan diri dan lainnya) akan memancarkan getaran yang cenderung halus dan lembut dengan frekuensi tinggi dan teratur, ECG (Electric Cardio Graph) merupakan alat yang dapat mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh orang yang sedang beraktifitas

Dalam ilmu fisika dikenal beberapa getaran yang hasilnya akan memancarkan cahaya dengan menggunakan perbandingan frekuensi. Untuk menghasilkan  cahaya (tampak) dibutuhkan frekuensi yang tinggi sedangkan frekuensi  yang rendah hanya akan menghasilkan cahaya  (kasat mata) sinar ultra violet, sinar x, infra merah dan lain halnya bahkan beberapa dari sinar ini mampu menimbulkan radiasi yang berdampak tidak baik bagi kesehatan. Sehingga untuk dapat menghasilkan cahaya tampak memerlukan frekuensi yang tinggi  dan hal tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan Ilahiah yang umumnya bersifat positif. Cahaya yang dihasilkan dari frekuensi yang tinggi pada diri manusia akan menghasilkan aura serta wajah yang berseri pada diri manusia tersebut, sehingga tak jarang jika kita melihat seorang ahli ibadah maka kita akan melihat kesejukan terpancar  dari dalam dirinya

Lalu apa hubungannya dengan resonansi?

Telah dituliskan di atas bahwa manusia adalah makhluk miliaran bioelektron yang dapat memancarkan cahaya positif atau negatif. semakin lembut dan ikhlas sesorang maka pancaran auranya semakin kuat sehingga mampu meresonansi sekitarnya. Oleh karena itu islam mengajarkan bagaimana seharunya memilih sahabat seperti yang tertulis pada hadist di atas

ko bisa sih aura seseorang meresonansi orang yang ada disekitarnya

analoginya seperti batang besi yang digosok-gosokan dengan magnet, batang besi yang tidak memiliki sifat magnet sebelumnya ketika terus dan terus digosokan magnet maka lama kelamaan besi tersebut pun akan memiliki sifat magnet yang mampu menarik benda-benda logam disekitarnya, kalau tidak percaya silahkan dibuktikan sendiri ya, dengan catatan menggosokannya harus searah y :)

Begitu juga halnya dengan manusia yang di dalam tubuhnya memiliki miliaran elektron yang bermuatan, maka ia akan dapat meresonansikan cahaya nya tersebut kepada orang-orang yang ada disekitar kita, sehingga tidak jarang kita melihat orang yang bergaulnya dengan orang-orang baik maka orang tersebut juga akan terbawa menjadi baik, begitu juga sebaliknya.

Maka sudah menjadi tugas kita untuk mencari sahabat dan berada di lingkungan yang baik yang sejatinya dapat memancarkan aura-aura positif pada diri kita. Karena manusia berada diantara malaikat dan syeiton dimana malaikat  keimanannya kepada Sang Maha Kuasa terus tetap terjaga sedangkan syeiton diantaranya memiliki krisis keimanan kepada Allah SWT, naik turun itulah keadaan keimanan manusia, sehingga untuk bisa mengatasi keimanan kita disaat menurun adalah lingkungan dan sahabat yang sholeh/sholeha
 
Allahu’alam

Sumber: 
Hadist Rasulullah saw
Agus Mustofa dalam Pusaran Energi Ka'bah
Douglas C. Giancoli dalam Fisika

Rabu, 17 Agustus 2016

Butuh Tahunan Bahkan Milyaran Tahun untuk Bisa Bermanfaat



Butuh Tahunan Bahkan Milyaran Tahun untuk Bisa Bermanfaat


Bismillahirahmanirrahiim……………….
Segala puji bagi Sang Pencipta makhluk yang menciptakan segala hal di muka bumi ini tanpa ada yang sia-sia. Menciptakan material kecil seperti electron bahkan yang lebih kecil dari itu “quark” sebagai sarana pemberlajaran bagi manusia, bahwa tanpa adanya pergerakan material terkecil itu manusia tidak akan pernah mampu bergerak, bahkan bisa kita bayangkan berapa milyar elektron yang bergerak dalam setiap detak jantung dan aktifitas lainnya. Lalu siapakah yang mengatur milyaran materil tersebut? Ia lah Sang Pengatur yang mengaturnya, mengatur milyaran elektron yang terdapat di dalam milyaran makhluk di alam semesta, karena seperti yang kita yakini elektron adalah materil kecil yang bukan hanya bertindak sebagai penyusun makhluk bumi namun juga makhluk alam semesta bahkan makhluk yang tak sanggup dilihat oleh manusia, allahu’alam

Mengawali tulisan dengan perumpamaan materil kecil di alam semesta bukanlah menjadi tujuan dari tulisan saya yang satu ini. Tergugah menulis kembali lebih dalam terkait benda yang bersinar di atas langit saat berada di tengah pepohonan dalam hutan pada pukul 02.30 dini hari saat teacher camp. Malam itu mendapat tugas untuk menulis sebuah hal yang sudah dan akan dilakukan sebagai Pembina titipan-titipan Ilahi. Sebagai seorang yang masih fakir ilmu tentang tulisan, rasanya menggoreskan tinta di atas lembaran putih secara spontan adalah suatu hal yang tidak mudah, hingga akhirnya Sang Penguasa mengingatkan diri ini untuk berbagi sedikit ilmu yang sedang saya resapi dari sebuah buku “Terpesona di Sidratul Muntaha” Karya Agus Mustofa, sebuah buku yang mengulik kuasa Nya dalam mengantarkan Rasulullah melakukan Isra Mi’raj

Sang Ilahi mempertemukan saya dengan sebuah ilmu dalam buku yang membuat diri ini semakin tertunduk dan bertasbih kepadaNya. Lembaran-lembaran awal membahas tentang kecepatan cahaya yang akhirnya kecepatan ini mampu mengantarkan Rasulullah berpindah dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha hanya dalam hitungan detik, cahaya adalah sebuah materil yang diyakini sebagai penyusun diri Buraq dan malaikat jibril, dan cahaya adalah materil yang memiliki kecepatan 300.000km/detik hingga akhirnya di yakini bahwa di alam semesta ini, cahayalah pemilik kecepatan tertinggi.Maka saya tersadar begitu indahnya Sang Ilahi mengatur perjalanan Rasulullah dan memberikan pembelajaran bagi umat manusia.

Beralih pada peristiwa dini hari saat harus terduduk berjauhan dari yang lainnya dalam rimbunan jangkrik yang perlahan menaiki rok celana, satu pesatu lampu dari kawan seberang mulai redup menandakan mereka telah selesai membuat tulisan, lalu bagaimana dengan kisah orang yang masih fakir ilmu menulis ini???? Hingga akhirnya Sang Pengatur alam semesta membiarkan cahaya bintang-bintang menggantikan cahaya head lamp yang mulai redup. Ya Bintang di langit menjadi tema tulisan saya saat itu.

Mengulik sedikit tentang bintang, Beberapa diantara kita mungkin sudah tahu bahwa jarak antara bintang dengan bumi tidaklah seperti jarak dari Jakarta ke Bandung yang hanya beberapa km. Jarak antara bumi dan bintang ribuan jutaan km bahkan ada yang tak mampu dihitung lagi dengan satuan km. Bahkan dituliskan bahwa jarak terdekat bintang adalah 8 juta tahun cahaya dan yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa terdapat bintang yang berasal dari luar galaksi bima sakti tempat bumi berada sehingga memiliki jarak 1 miliar tahun cahaya dari bumi, hal ini menandakan bahwa sinar bintang pada malam itu yang berasal dari bintang yang berjarak 8 tahun cahaya adalah sinar bintang 8 tahun yang lalu bukan cahaya yang sedang berpijar di bintang saat itu. Atas Rahman dan Rahim Nya lah cahaya 8 tahun lalu itu tidak hilang berpencar hingga mampu menyinari bumi di malam hari. 



Begitu kompleks memang alam semeta ini, jangankan alam semesta, lapisan langit bumi kita saja sangat kompleks, lapisan atmosfer yang berusun berlapis-lapis di tambah berterbangannya debu-debu bisa saja menjadi penghalang masuknya cahaya bintang ke bumi, namun Sang Penyayang tidak ingin membiarkan makhluk Nya di muka bumi merasakan kegelapan hingga akhirnya Ia menjadikan hal yang tidak mustahil menjadi mustahil. Membiarkan perjalanan cahaya selama 8 tahun memasuki bumi dan dirasakan manusia.

Malam itu saya jadikan bintang sebagai tema sebuah harapan untuk titipan Ilahi. Belajar dari sebuah bintang yang tanpa lelah tetap terus bercahaya walaupun manfaat yang diterima makhluk bumi 8 tahun setelah usahanya bahkan milyaran tahun, namun bintang tetap terus berusaha bercahaya dan bukanlah sebuah hal yang sederhana jika kita mengulik lebih dalam bagaimana sebuah benda dapat memancarkan cahaya, cukup kompleks membahas bagaimana sebuah benda dapat memancarkan cahaya, bagaimana bahan bakanya, prosesnya, interaksi antar partikel di dalamnya dan hal-hal lainnya. Ini juga yang akan mereka hadapi para titipan Ilahi di tangan yang masih fakir ilmu mendidik seperti saya, tanpa memperdulikan gunjingan orang-orang yang hanya melihat cover karena seperti benda yang sedang berusaha memancarkan cahaya yang tak jarang elektron didalamnya tereskitasi dan kembali lagi ke posisinya hingga akhirnya mengeluarkan sinar-sinar mengganggu dan seperti ini pula lah kalian saat ini, tetap dan teruslah berusaha untuk menjadi makhluk yang bermanfaat kelak.

Lagi-lagi, ini adalah sebuah pembelajaran yang Ilahi sisipkan. Dan inilah yang saya harapkan tertanam dalam diri mereka dan diri sendiri. Tetap terus berusaha menjadi makhluk bermanfaat untuk orang lain, terus berusaha walaupun manfaat yang akan diterima orang lain cukup lama, karena meyakini tidak akan ada suatu hal yang sia-sia. Dengan tetap membalut keistiqomahan berusaha dalam sebuah ketawadhuan dan Lillah kepadaNya. Karena seperti cahaya bintang yang akhirnya dihantarkan Sang Pencipta melewati lapisan-lapisan alam semesta dan lapisan-lapisan langit bumi hingga akhirnya sampai ke bumi, begitu jugalah dengan usaha manusia yang tidak akan pernah mencapai tujuannya tanpa ridho dari Nya.
Semoga tulisan yang masih mencari arah ini bermanfaat bagi para pembacanya




Allahu’alam
terinspirasi dari Al-Qur’an, Sirah Nabawiyah dan Buku Terpesona di Sidratul Muntaha

Jumat, 08 Juli 2016

Ayah, Engkau juga inspirasi ku





Bismillahirahmanirrahim
Ketika jari jemari ini mulai memainkan perannya di keyboard laptop, hal yang ditakutkan adalah kekhilafan atas rasa ria yang berlebihan serta sebuah tulisan tanpa landasan ilmu yang bermuara kepada-Nya. Maka sebelum anda membaca lebih dalam mengenai artikel ini, mohon kiranya bukakan dengan lebar pintu maaf dan kelowongan atas pendapat yang saya tuliskan dalam artikel ini, sebuah tulisan yang in Syaa Allah saya tuliskan dengan beberapa panduan buku, tontonan serta seminar yang membuka pikiran saya bagaimana mendidik anak-anak yang notabennya akan menjadi penyemangat hidup orang tua nya yang mulai senja, pengibar dan pengharum merah putih serta yang paling mulia adalah pengantar diri dan pembimbing menuju Jannah-nya.

Mengenai judul di atas mengapa saya tulis “Ayah, engkau juga inspirasi ku” bukan “Ayah, engkau adalah inspirasi ku”. Hal ini dikarenakan banyak diantara kita yang berfikir bahwa yang menjadi sumber ilmu atau pendidikan pertama anak-anak adalah ibunya, hal ini berlandaskan pada sebuah kalimat bahwa “ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak”  bukan berpegang pada kalimat “rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak”.
Kalimat mana yang lebih Ayah Bunda sukai?
Pertama atau kedua?

 Silahkan Ayah Bunda memilih. namun untuk saya sendiri saya akan memilih kalimat “rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak”, Ayah dan Bunda memiliki pilihan yang lain, silahkan, saya tidak akan memaksa anda memiliki persamaan pemikiran, jika Ayah Bunda memilih kalimat pertama itu juga jauh lebih baik dibandingkan dengan berpikir “madrasah anak-anak adalah di sekolah” kalimat ini berpamahaman bahwa proses pendidikan anak-anak hanya terjadi di sekolah dan tidak menjadikan rumah sebagai proses pendidikan anak-anak juga dan secara tidak langsung menyerahkan pendidikan anak-anak anda seutuhnya kepada orang-orang di sekolah yaitu guru. Kalo yang ini jelas saya sangat tidak setuju, bayangkan saja berapa lama anak-anak di sekolah, lebih banyak mana anak-anak berada di rumah atau di sekolah? dan yang harus kita sadari adalah proses pendidikan itu tidak hanya mencakup IPA, IPS, B.Indonesia, Matematika, B.inggris dan lainnya. Terdapat sebuah pendidikan lain yang harus diperoleh anak-anak, pendidikan akhlak,tauhid, jati diri bahkan kasih sayang juga harus mereka dapati, dan itu semua tidak cukup ia dapati hanya di sekolah, melainkan di rumah.
Mengapa saya memilih kalimat kedua “rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak”?

Saya akan coba jelaskan dan silahkan Ayah Bunda membacanya setelah itu saya kembalikan kepada Ayah dan Bunda 

Mengikuti seminar “Menjadi Orang Tua Shalih” pada 11-12 Juni 2016 lalu bersama abah Ihsan Baihaqi perlahan membuka proses pemikiran saya bagaimana seharusnya mendidik anak, membuka mata bahwa kelak jika saya menjadi seorang ibu maka tidak sepatutnya saya menyudahi proses belajar saya dalam memahami anak-anak, karena mendidik mereka membutuhkan ilmu. Banyak hal yang saya dapati dari seminar ini, mulai dari perbedaan guru betulan dan kebetulan, penerapan 18-21, Hukum kekelan pada anak-anak, perbedaan menjadi orang tua tegas nan lembut dan keras nan lembek, serta ilmu-ilmu lainnya yang jika memang ayah dan bunda ingin tahu lebih dalam bisa bergabung dengan seminar abah.

Mengulik lebih dalam mengenai istilah penerapan 18-21, sedangkan untuk hukum kekelan pada anak-anak in syaa Allah akan saya hadirkan juga tulisannya dengan mengaitkan hukum kekelan massa dan hukum kekelan energi beberapa hari /minggu/bulan, karena bagi saya untuk menulis membutuhkan moody yang cukup, tidak seperti mereka yang dengan istiqomhnya memberikan tulisan-tulisan nan berilmu.
Apa makna dari 18-21???
Lihatlah sebuah benda yang pada umumnya menempel di dinding rumah berbentuk bulat atau kotak, apa benda itu?
Jika saya mencarinya di rumah saya, maka jawabannya adalah jam dinding, entah jika ayah dan bunda yang jawab, mungkin saja jawabannya bukan jam dinding karena bisa jadi jam dinding dirumah ayah dan bunda memiliki bentuk selain bulat dan kotak serta tidak menempel di dinding. Tapi makna dari sesungguhnya adalah jam
ya, 18-21 tersebut bermakna jam, jam yang harus diluangkan orang tua bersama anak-anaknya, tanpa gadget atau apapun yang menghalangi kebersamaan ayah bunda dengan anak-anaknya. Sekali lagi mengingatkan, 18-21 harus dilakukan orang tua ya bukan hanya Bunda karena alasan untuk Ayah adalah masalah pekerjaan, pulang malam atau mungkin pulang di atas pukul 21.00, jika memang hal tersebut yang terjadi maka Ayah harus meluangkan waktu lainnya di luar 18-21, karena 18-21 bukan suatu angka yang wajib tapi harus diterapkan. 

Jika sang Ayah tidak dapat full bersama anak-anaknya selama 18-21, maka ayah dapat memilih diantaranya, bisa 18/19/20/21, bebas ko, tapi jangan Cuma 5 menit ya… 5 menit untuk makan saja Cuma masuk beberapa suap heheh, lebih banyak lebih bagus.  Disconect semua elektronik di rumah dan connect with your family
Kegiatan apa saja sih yang bisa ayah bunda dan anak-anak lakukan? Ayah dan Bunda sendirilah kepala sekolah dan guru di madrasah anak-anak anda, bisa Qur’an time, Story time,bermain, belajar dll.

 Mengapa hal ini dibutuhkan?
Tentunya hal ini dibutuhkan, karena ketika Quality time tersebut dilakukan, maka akan timbul rasa kepercayaan anak-anak kepada ayah dan bundanya terutama jika di dalam waktu tersebut orang tua menjadi pendengar setia bagi anak-anaknya atas segala aktifitas atau masalah-masalah yang dihadapi anak-anak, mungkin awalnya anak-anak bercerita tentang masalah sepeleh contohnya terkait penghapus yang di ambil temannya, namun melalui hal sepele ini lah anak-anak akan terlatih bercerita segala hal dengan orang tuanya, karena semakin bertambah usianya seseorang, maka semakin bertambah dan kompleks pula masalahnya
Sebuah riset yang dilakukan di Universitas John Hopkin, AS, menyatakan bahwa remaja yang diberi kesempatan berbicara dengan orangtua mereka akan memiliki daya tahan mental lebih baik terhadap lingkungan (negatif). Dan untuk membangun kesempatan berbicara ini tidak lah mudah, maka harus dilatih sejak dini.
So, Parent’s Quality time is so important, not only mother but also  father.

Jika ada yang kembali menanyakan kepada saya, apakah saya sudah mempraktekan pendidikan ini dirumah?, tentu saja saya jawab belum, ya karena ketika saya menulis artikel ini posisi saya masih sendiri hehe, dan do’akan saja semoga saya dapat dengan segera mempraktekannya, tetep ngarep hehehe
tapi jika ada yang menanyakan kepada saya, apakah proses pendidikan anak yang juga meilbatkan ayah bukan hanya bunda sudah terbukti keberhasilannya? maka saya akan menjawabnya sudah
Kenapa saya bilang sudah, karena hasil produk-produk “rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak” dapat ayah dan bunda lihat dan saksikan sendiri, mereka orang-orang besar yang menjadi bukti betapa besarnya peran Ayah dan Bunda bagi masa depan anak-anak. B.J Habibie, Al-fatih dan pastinya banyak tokoh-tokoh lainnya yang dapat kita ambil pelajaran bagaimana ia bisa menjadi orang-orang berpengaruh di masanya, bagaimana caranya?. Baiklah kita akan tapak kilas seajarah satu persatu tokoh-tokoh yang saya tuliskan, inilah fungsinya belajar sejarah dan hal ini pulalah yang membuat saya sangat senang membaca dan menonton tokoh-tokoh inspiratif, karena dari merekalah kita akan belajar bagaimana menjalani proses kehidupan ini


B.J Habibie


Untuk tokoh yang satu ini, sumber yang saya dapati adalah melalui sebuah film, lain hal nya dengan tokoh selanjutnya yang kisahnya saya ambil dari beberapa buku. Saya rasa kita semua tahu mengapa saya mengambil sumber tokoh ini dari sebuah film, ya karena memang saat ini film tentang beliau sedang di putar di bisokop-bioskop, so buat kalian yang punya waktu luang , monggo di tonton filmnya, sanya ga promosi sama sekali ya, saya Cuma mau memberi referensi sebuah film bagus, sebuah film yang bukan hanya bagus untuk membangun karakter seorang remaja tapi juga bagus untuk ayah dan bunda,karena di dalam nya terlihat sangat jelas gambaran Ayah dan Bunda Sang Pembuat pesawat ini.
Menyelami lebih dalam tokoh Ayah B.J Habibie di kala kecil, ya  kenapa di kala kecil? karena Ayah beliau wafat di saat beliau masih kecil, saat sujud mengimami istri dan anak-anaknya sholat dan saat itu pulalah sifat ketegaran dan keimanan dalam diri seorang anak penyuka pesawat terlihat, dengan menahan air mata B.J habibie kecil maju kedepan menggantikan Ayahnya yang terjatuh dalam sujudnya menjadi imam.
Jadilah seperti mata air yang jernih
Jika kamu baik maka orang disekeliling mu juga akan baik

Kalau tidak salah seperti itulah bunyi kalimatnya, sebuah kalimat yang keluar dari mulut ayahnya yang teriyang di dalam pikiran B.J Habibie setiap saat, sebuah kalimat yang selalu memberikan kekuatan saat ia menempuh pendidikan di negeri orang. Ayahnya jugalah yang menjelaskan dengan sabar bagaimana sebuah pesawat dapat terbang, serta pertanyaan-pertanyaan lain nya yang keluar dari mulut Habibie kecil. Serta proses pendidikan kehidupan lain nya yang diajarkan Ayahnya dalam menghadapi kehidupan.


Al-Fatih


Untuk tokoh yang satu ini  saya rasa kita semua sudah mengetahuinya, Ia adalah penakluk konstantinopel di usia yang masih muda, kalau tidak salah pada usia 21 tahun. Malu rasanya diri ini yang di usia seperti ini hanya bisa duduk didepan laptop mencuri ilmu dari beberapa buku .

Ya, bagaimana di saat usianya masih sedemikian muda sudah dapat menaklukan konstantinopel?
Semua tak lepas dari peran ayahnya. Ayahnya lah yang selalu membisikan dan mengatakan padanya “bahwa kelak kamulah penakluk konstantinopel”. Sebuah penanaman keyakinan yang sangat patut kita tiru, sebuah kaliamat yang patut kita berikan kepada anak-anak, sebuah kalimat positif yang membangun karakternya bahwa aku adalah…..

Ya, kalimat positif  sangatlah berpengaruh pada diri seseorang, kenapa saya bisa sangat yakin?, karena saya sendiri juga mengalaminya, tak jarang orang tua saya selalu mengatakan bahwa saya adalah anak yang nekat dan tekun, walaupun sebenarnya tak jarang ketika menghadapi sebuah masalah saya selalu bingung dan galau, bahasa anak muda jaman sekarang. namun Alhamdulillah kalimat itu yang selalu membuat saya yakin dan berjuang untuk mendapatkan suatu hal yang saya inginkan.

Selain menanamkan karakter yang baik kepada Al-fatih kecil, peran Sang Sultan juga mencakup yang lain, mencakup pendidikan dan karakter anaknya, maka tak segan ia memanggil 2 guru sekaliqus untuk mendidik anaknya, guru-guru besar yang mengajarkan adab, akhlak serta ilmu lainnya. Serta seorang ayah yang memberikan mandat kepada sang guru untuk tak segan memukul anaknya jika anaknya susah diajarkan. Sebuah pukulan yang mendidik yang memberikan kesadaran bagi anaknya untuk memimpin kerajaan menggantikannya.

Dua tokoh yang saya rasa lebih layak untuk dijadikan bukti bahwa bukan hanya ibu yang berperan dalam kehidupan seorang anak, melainkan juga ayah.

Hal ini juga yang diajarkan Rasulullah saw dalam mendidik anak-anak kecil. Bermain bersama anak merupakan salah satu penkualitasan waktu ayah dan bunda kepada anak-anaknya

Diriwayakan oleh Ibnu Asakir dari Abu Sufyan:
Aku masuk menemui Muawiya yang saat itu sedang berbaring telentang. Diatas dadanya ada anak kecil laki-laki atau perempuan yang sedang bercanda dengannya. Aku katakana, “turunkan anak itu, wahai Amirul Mukminin” Dia menjawab “Aku mendengar Rasulullas Shalllallahu ‘alauhi wa Sallam bersabda, ‘Barang siapa memiliki anak kecil, hendaknya bermain dengannya”

Jadi Ayah, jangan segan untuk bermain dengan anak-anak ya….
Sedikit mengintip sebuah kalimat yang tergores di dalam buku yang berjudul “Prphetic parenting Cara Nabi Mendidik Anak”

“Kebanyakan orang belum menyadari bahwa anak-anak adalah salah satu unsur umat ini. Hanya saja dia bersembunyi di balik tabir kekanak-kanakannya, Apabila kita singkap tabir itu, pasti kita temukan dia berdiri sebagai salah satu tiang penyangga bangunan umat ini. Akan tetapi, ketentuan Allah pasti berjalan, yaitu bahwa tabir tersebut tidak akan tersingkap selain dengan bimbingan dan pendidikan secara berskala, sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan pernecanaan yang matang dan bertahap”
Asy-Syaikh Muhammad al-Khidhr Husains rahimahullah

Rasululllah memerintahkan kedua orangtua untuk menjadi suri tauladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak

“Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majudi atau Nasrani”

Jadi bukan hanya Bunda ya yang berperan dalam kesuksesan anak, melain Ayah juga berperan penting di dalamnya. Ibarat sebuah madrasah, Ayah adalah seorang kepala sekolah yang tidak menyerahkan semuanya kepada Bunda yang bisa diibaratkan guru, melainkan Ayah juga harus turut serta membuat Program-program bagi siswa-siswa di madrasahnya.

Sumber:
Seminar “ Menjadi Orang Tua Shalih” Bersama Abah Ihsan
Felix Siaw dalam buku Al-Fatih 1457
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari dalam Yuk, Jadi Orang Tua Shalih Sebelum meminta Anak Shalih
Muhammad Nur Abdul Hafidzh Suwaid dalam Prophetic Parenting, Cara Nabi saw Mendidik Anak
Rudi Habibie movie