Sabtu, 05 November 2016

Ibarat seekor lebah, inilah kami



Bismillahirahmanirrahiim………………

“perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih dan tidak merusak atau mematahi (yang dihinggapinya)”. (Ahmad, Al-Hakin dan Al-Bazzar)

Hadist di atas seolah mengingatkan kita terutama diri ini sebagai seorang muslim dalam menjalankan kehidupan di bumi yang mungkin hanya berselang 60-70 tahun Allahu’alam. Sebagai pengingat apakah kita termasuk benar-benar seorang muslim beriman atau hanya mengaku beriman
Lebah, seekor hewan yang Sang Kuasa hidupkan sebagai penghasil madu yang manfaatnya sangatlah dirasakan ribuan makhluk yang hanya mampu mengambilnya dikala ribuan lebah berhasil mengangkatnya dari ribuan bunga. Sang Maha Indah pun menjadikan lebah sebagai sebuah perumpamaan hamba-hamba yang Ia cintai

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kehidupan lebah. Seekor lebah setiap kepakan sayapnya mampu memberikan manfaat. Ketika kakinya menempel pada salah satu bunga lalu hinggap ke bunga yang lain maka sebenarnya sang lebah sedang membantu bunga dalam melakukan penyerbukan tanpa merusak maupun mengurangi hal-hal yang ada pada bunga. Seperti inilah perumpamaan seorang muslim yang beriman, setiap langkahnya mampu memberikan manfaat bagi orang-orang yang ada disekitarnya, memberikan nasihat tanpa melukai yang lain. Berusaha meraih hak-hak nya tanpa merusak atau mematahi yang ada di sekelilingnya.
Lalu kenapa masih ada orang-orang muslim yang menyakiti saudara seimannya atau bukan seimannya?
seperti yang tertulis pada bagian atas, apakah kita termasuk orang yang benar-benar beriman atau hanya mengaku beriman? 

Berkaca pada diri sendiri yang mungkin masih belum bisa menahan hal yang sangat kecil dalam kehidupan “menjaga lisan”, ya lisan ini sepertinya sangat sulit untuk dijaga dalam sebuah keimanan, namun kami seorang manusia yang terus berharap agar keimanan kita berada diposisi atas dan tidak berada dalam kondisi futur.
Tapi tengoklah guru-guru kami disana yang patut dijadikan contoh untuk menjadi orang-orang yang beriman di saat ini. Mengambil contoh dari aksi 4-november 2016 ini. Penulis ulung ini hanya mampu memantau dari balik layar handphone tentang perjuangan para mujahid di medan perang, ribuan kabar dari para saudara yang turun langsung kelapangan memberikan gambaran situasi yang sebenarnya.

Beberapa dari mereka mengabarkan salah satu guru kami mengintruksikan para santrinya untuk menjadi tim kebersihan di lautan manusia, ya, salah satu guru kami ini mengajarkan kami untuk tetap menjaga dan tidak membuat kerusakan di bumi ini.
lalu apakah hanya itu?
tidak….

Guru kami yang lain yang menjadi pemimpin dalam sebuah “aksi damai” yang digembor-gemborkan orang yang belum paham sebagai “aksi kericuhan” ini, memberikan intruksi kepada massa untuk tetap tenang walaupun gas air mata diluncurkan dengan jargon mereka hanyalah tiga
“Jangan Melawan”
“Diam di Tempat”
“Jangan Maju”

Bahkan salah satu ormas yang juga ikut turun di medan perang saat itu telah siap menjadi pagar pembatas agar tidak terjadi bentrok antar masa dengan polisi sehingga kericuhan tidak terjadi

Namun lagi-lagi media melebih-lebihkan dan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan kondisi dilapangan

Sedikit gambaran yang bisa dituliskan oleh seorang manusia yang hanya bisa memanjatkan do’a dalam sebuah pantauan mereka yang dengan semangat nya turun ke medan perang dan memberikan kesaksian atas informasi yang tertulis di atas.

Lalu kenapa guru-guru kami mengambil sikap untuk turun kelapangan melakukan aksi yang notabennya menimbulkan kericuhan walaupun sedikit?

Sang Maha Tahu mengibaratkan lebah sebagai perumpamaan seorang muslim yang beriman. Seperti yang kita ketahui seekor lebah tidaklah akan menyengat seorang manusia jika manusia tersebut tidak menyerang nya terlebih dahulu atau merusak sarangnya. 

Ya inilah gambaran guru kami, orang-orang beriman yang ada dibelakangnya dan kami sebagai umat muslim yang sedang dalam proses beriman seutuhnya, menjadi suatu hal yang pantas kami dan mereka lakukan ketika ada seorang manusia yang melecehkan sebuah pedoman yang menjadi landasan dari akidah kami. Jika mengambil secara utuh perumpamaan seekor lebah ketika marah mungkin kejadian 4-november 2016 yang lalu akan memunculkan korban-korban dari lawan, karena memang seekor lebah yang marah maka akan menyengat lawannya hingga sang lawan merasa kesakitan bahkan ada yang teracuni. Namun sebuah aksi yang dilakukan 4 november lalu apakah seperti itu? tidak, para mujahid tetap berusaha tenang dan tidak anarkis seperti yang tertulis di media-media yang terlalu melebih-lebihkan dalam mengabarkan

Namun hal yang sangat disayangkan terjadi, sang punya rumah tidak ada ditempat dan tidak memuliakan tamu yang datang ke kediamannya, padahal banyak diantara tamu yang rela meninggalkan kediamannya yang jauh disana untuk bertemu dengan sang pemiliki kediaman.
Allahu’alam

Sumber:
Para Mujahid Sabin (Sekolah Alam Bintaro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar