Bismillahirahmanirrahiim………………
“perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia
makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih dan tidak merusak atau
mematahi (yang dihinggapinya)”. (Ahmad, Al-Hakin dan Al-Bazzar)
Hadist di atas seolah
mengingatkan kita terutama diri ini sebagai seorang muslim dalam menjalankan
kehidupan di bumi yang mungkin hanya berselang 60-70 tahun Allahu’alam. Sebagai pengingat apakah kita termasuk benar-benar seorang
muslim beriman atau hanya mengaku beriman
Lebah, seekor hewan
yang Sang Kuasa hidupkan sebagai penghasil madu yang manfaatnya sangatlah
dirasakan ribuan makhluk yang hanya mampu mengambilnya dikala ribuan lebah
berhasil mengangkatnya dari ribuan bunga. Sang Maha Indah pun menjadikan lebah
sebagai sebuah perumpamaan hamba-hamba yang Ia cintai
Banyak hikmah yang
dapat kita ambil dari kehidupan lebah. Seekor lebah setiap kepakan sayapnya mampu
memberikan manfaat. Ketika kakinya menempel pada salah satu bunga lalu hinggap
ke bunga yang lain maka sebenarnya sang lebah sedang membantu bunga dalam
melakukan penyerbukan tanpa merusak maupun mengurangi hal-hal yang ada pada
bunga. Seperti inilah perumpamaan seorang muslim yang beriman, setiap
langkahnya mampu memberikan manfaat bagi orang-orang yang ada disekitarnya,
memberikan nasihat tanpa melukai yang lain. Berusaha meraih hak-hak nya tanpa
merusak atau mematahi yang ada di sekelilingnya.
Lalu kenapa masih ada
orang-orang muslim yang menyakiti saudara seimannya atau bukan seimannya?
seperti yang tertulis
pada bagian atas, apakah kita termasuk orang yang benar-benar beriman atau
hanya mengaku beriman?
Berkaca pada diri
sendiri yang mungkin masih belum bisa menahan hal yang sangat kecil dalam
kehidupan “menjaga lisan”, ya lisan ini sepertinya sangat sulit untuk dijaga
dalam sebuah keimanan, namun kami seorang manusia yang terus berharap agar
keimanan kita berada diposisi atas dan tidak berada dalam kondisi futur.
Tapi tengoklah
guru-guru kami disana yang patut dijadikan contoh untuk menjadi orang-orang
yang beriman di saat ini. Mengambil contoh dari aksi 4-november 2016 ini.
Penulis ulung ini hanya mampu memantau dari balik layar handphone tentang
perjuangan para mujahid di medan perang, ribuan kabar dari para saudara yang
turun langsung kelapangan memberikan gambaran situasi yang sebenarnya.
Beberapa dari mereka
mengabarkan salah satu guru kami mengintruksikan para santrinya untuk menjadi
tim kebersihan di lautan manusia, ya, salah satu guru kami ini mengajarkan kami
untuk tetap menjaga dan tidak membuat kerusakan di bumi ini.
lalu apakah hanya itu?
tidak….
Guru kami yang lain
yang menjadi pemimpin dalam sebuah “aksi damai” yang digembor-gemborkan orang
yang belum paham sebagai “aksi kericuhan” ini, memberikan intruksi kepada massa
untuk tetap tenang walaupun gas air mata diluncurkan dengan jargon mereka
hanyalah tiga
“Jangan Melawan”
“Diam di Tempat”
“Jangan Maju”
Bahkan salah satu ormas
yang juga ikut turun di medan perang saat itu telah siap menjadi pagar pembatas
agar tidak terjadi bentrok antar masa dengan polisi sehingga kericuhan tidak terjadi
Namun lagi-lagi media melebih-lebihkan dan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan kondisi dilapangan
Sedikit gambaran yang
bisa dituliskan oleh seorang manusia yang hanya bisa memanjatkan do’a dalam
sebuah pantauan mereka yang dengan semangat nya turun ke medan perang dan
memberikan kesaksian atas informasi yang tertulis di atas.
Lalu kenapa guru-guru
kami mengambil sikap untuk turun kelapangan melakukan aksi yang notabennya
menimbulkan kericuhan walaupun sedikit?
Sang Maha Tahu
mengibaratkan lebah sebagai perumpamaan seorang muslim yang beriman. Seperti
yang kita ketahui seekor lebah tidaklah akan menyengat seorang manusia jika
manusia tersebut tidak menyerang nya terlebih dahulu atau merusak sarangnya.
Ya inilah gambaran guru
kami, orang-orang beriman yang ada dibelakangnya dan kami sebagai umat muslim yang sedang dalam proses beriman seutuhnya, menjadi suatu hal yang
pantas kami dan mereka lakukan ketika ada seorang manusia yang melecehkan
sebuah pedoman yang menjadi landasan dari akidah kami. Jika mengambil secara
utuh perumpamaan seekor lebah ketika marah mungkin kejadian 4-november 2016
yang lalu akan memunculkan korban-korban dari lawan, karena memang seekor lebah
yang marah maka akan menyengat lawannya hingga sang lawan merasa kesakitan
bahkan ada yang teracuni. Namun sebuah aksi yang dilakukan 4 november lalu
apakah seperti itu? tidak, para mujahid tetap berusaha tenang dan tidak anarkis
seperti yang tertulis di media-media yang terlalu melebih-lebihkan dalam
mengabarkan
Namun hal yang sangat
disayangkan terjadi, sang punya rumah tidak ada ditempat dan tidak memuliakan
tamu yang datang ke kediamannya, padahal banyak diantara tamu yang rela
meninggalkan kediamannya yang jauh disana untuk bertemu dengan sang pemiliki
kediaman.
Allahu’alam
Sumber:
Para Mujahid Sabin
(Sekolah Alam Bintaro)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar