Syaikh
Aaq Syamsuddin
Kisah ini saya ambil dari sebuah buku
Al-Fatih karya Ust Felix Siaw. Begitu banyak aspek yang dapat di ambil
hikmahnya dalam buku tersebut, namun yang akan diangkat dalam tulisan ini
adalah sosok seorang guru yang mampu mengantarkan anak didiknya menuju sebuah
kemenangan membuktikan kalimat Rasulullah saw.
Sultan Mehmed II atau yang lebih dikenal
Muhammad Al-Fatih memiliki dua sosok guru yang mampu membawa dirinya menjadi
pribadi yang baik. Mereka adalah Syaikh
Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsudin. Keduanya memiliki peranan yang baik dalam
kehidupan dan pendidikan Mehmed II. Diantara kedua gurunya tersebut, Syaikh Aaq
Syamsudin merupakan ulama yang sangat berpengaruh dalam pembentukan mental
Mehmed.
Syaikh Aasq Syamsuddin adalah ulama yang
nasabnya bersambung dengan Abu Bakar Ash-Shidiq dan merupakan seorang polymath
(seseorang yang pengetahuannya tidak hanya terbatas pada satu bidang)
sebagaimana ulama pada masanya. Aaq Syamsudin menjadi seorang Hafidz Al-Qur’an
pada usia 7 tahun dan sangat ahli dalam bidang biologi, kedokteran, astronomi
dan pengobatan herbal
Ia tidak hanya mendidik Mehmed dengan
ilmu yang ia kuasai melainkan juga dengan penanaman mental di dalam diri
Mehmed. Ia juga selalu mengingatkan Mehmed akan kemuliaan ahlu bisyarah yang akan membebaskan konstantinopel. Setiap hari ia
menceritakan perjuangan Rasulullah dan pengorbanannya dalam menegakan agama
islam, serta menanamkan kepribadian Rasulllah melalui sirah-nya kepada Mehmed,
Ia juga menceritakan kepahlawanan dan kesatriaan para sahabat dan para penakluk
awal, kehebatan mereka yang tak terbendung, syahidnya dan terutama usaha-usaha
mereka dalam meraih janji Allah tentang takluknya kota Konstantinopel.
Bahkan Syaikh Aaq Syamsudin sendirilah
yang selalu mengulang-mengulangi perkataannya kepada Mehmed, bahwa dirinyalah
(Mehmed) pemimpin yang dimaksud dalam hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan
Ahmad “Konstantinopel akan takluk ditangan seorang laki-laki, maka sebaik-baik
pemimpin adalah pemimpinannya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya
Perjuangan Sultan Mehemed dan
pasukannya dalam menaklukan kota konstantinopel penuh dengan pengorbanan yang
bukan hanya memakan banyak jiwa melainkan juga memakan moral yang menggeruguti
diri pasukan ustmani sedikit demi sedikit. Terutama pada saat kapal-kapal Eropa
mampu melewati benteng-benteng yang dibangun sultan Mehmed untuk mengirim
pasokan kepada Konstantinopel (Sultan Mehmed dan pasukanya sengaja membuat
benteng-benteng yang mengelilingi Konstantinopel dengan tujuan untuk memblokade
konstantinopel). Pada saat itu salah para
wazir dan penasehat yang dikomando oleh Halil Pasha menyelipkan keraguan
pasukan terhadap kepemimpinan Mehmed serta menyalahkan Syaikh Aaq Syamsuddin
sebagai orang yang sangat mempengaruhi Mehmed. mereka mengatakan kepada Sultan
“Sesungguhnya
engkau telah menjerumuskan pasukan dalam jumlah yang sangat besar pada
peperangan ini, hanya karena engkau menuruti perkataan seorang sayikh!
lihatlah, betapa banyak tentara yang meninggal dan berapa banyak persenjataan yang
rusak. Kemudian lebih dari pada itu, kini datang bala bantuan dari negeri Eropa
yang masuk ke dalam benteng. Namun, belum ada titik terang penaklukan kota
itu!”
Sultan
Mehmed membisu mendengar reaksi yang datang kepadanya, ia memahami jalan
pikiran Halil Pasha, bila ia membantah dan salah melangkah, keadaan yang pernah
terjadi pada 1446 bisa terulang
dimana Halil Pasha memanfaatkan pasukan Yeniseri untuk mengambil kekuasaannya.
Mehmed memutuskan mengutus wazirnya yang lain untuk bertanya kepada Syaikh Aaq
Syamsudin mengenai persoalan yang sedang ia hadapi, Mehmed mendapatkan jawaban
berupa sebuah kalimat “Pasti Allah akan
memberikan kemenangan” mendapat jawaban seperti ini, Mehmed memerintahkan
wazirnya kembali kepada Syaikh Aaq Syamsudin untuk mendapatkan penjelasan
terkait jawaban yang ia berikan.
Mehmed menerima sepucuk surat yang
ditulis langsung oleh syaikh tentang sikap dan cara yang harus dilakukan dalam
suasana krisis yang dialaminya
“Allah
lah Dzat yang Maha Pemberi Kemuliaan dan Pemberi Kemenangan. Sesungguhnya
Peristiwa lolosnya kapal itu telah menimbulkan rasa ngeri dan ketakutan dalam
hati dan menimbulkan rasa gembira dan bangga dikalangan orang-orang kafir.
Sesungguhnya masalah yang pasti adalah: bahwasanya seorang hamba itu sekedar
merancang, sedangkan yang menentukan adalah Allah dan ketentuan semuanya ada di
tangan Allah. Kita telah berserah diri dan kita telah membaca Al-Qur’an. itu
semua tidak lebih dari rasa kantuk di dalam tidur setelah ini. Sesungguhnya
telah terjadi kelembutan kekuasaan Allah dan muncullah kabar-kabar gembira
tentang kemenangan itu, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Terjadi
perbebatan di dalam kerajaan Ustmani, Golongan yang mengikuti Halil Pasha
merasa pengepungan sudah cukup dan tidak akan membuahkan hasil yang baik, namun
golongan lain berpendapat berbeda, salah satunya adalah Zaganos Pasha yang
mengatakan bahwa pengepungan yang telah dilakukan belum maksimal sehingga
banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hingga akhirnya pengepungan dan
perjuangan untuk menaklukan kota Konstantinopel kembali dilakukan.
Perjuangan dan pengepungan terus
dilakukan hingga detik-detik terakhir dimana pasukan Ustmani mampu menaiki
tembok pertahanan Konstantinopel dengan menggunakan tangga-tangga yang telah
dipasang oleh pasukan yang sebelumnya, namun keberuntungan tetap memihak kepada
pasukan bertahan, mereka berhasil menghujami pasukan Ustmani dengan komando
tempat yang lebih tinggi. Dalam waktu satu jam banyak pasukan Ustmani yang
syahid dan cidera, begitu juga dengan pasukan bertahan.
Melihat peristiwa ini membuat Sultan
merasa gelisah dan tegang, ia berharap Konstantinopel dapat ditaklukan oleh
pasukan gelombang kedua (yang berhasil menaiki tembok Konstantinopel) namun
yang terjadi malah sebaliknya, jika hal tersebut terus terjadi maka suatu hal
yang tidak mungkin jika pasukan Ustmani tidak dapat mendapatkan tujuan
utamanya. Khawatir hal tersebut terjadi, ia meminta agar utusannya membawa
Syaikh Aaq Syamsuddin menuju garis perang depan peperangan untuk meminta nasihat
darinya. Namun penjaga kemah Syaikh menyampaikan kepada utusan Sultan bahwa
Syaikh tidak ingin bertemu dengan siapapun. Mendapatkan kabar ini, Sultan
Mehmed mendatangi kemah Syaikh secara pribadi, namun Sultan tetap tidak
dijinkan masuk. marah karena peristiwa itu, dia mencabut pedangnya lalu merobek
kemah Syaikh Syamsuddin. Saat itu, tampaklah Syaikh Syamsuddin sedang bersujud,
dengan sorban terlepas dari kepalanya, menampakan rambut putihnya. ketika
Syaikh bangkit dari sujud, terlihatlah air mata mengalir dari matanya. Syaikh
Syamsuddin bermunajat kepada Allah, meminta penaklukan dalam waktu dekat.
Tatkala Sultan kembali ke medan
peperangan, meriam Ustmani berhasil menghantam telak tembok Konstantinopel dan
membuat lobang yang cukup besar sehingga 300 tentara Ustmani berhasil masuk ke
dalam dan meneriakan “Konstantinopel telah ditaklukan” diiringi dengan
tertancapnya bendera Ustmani di menara Konstantinopel.
Muhammad
Al-Fatih 1453 oleh Felix Y. Siaw
cerita
diatas menggambarkan betapa pentingnya peranan seorang guru dalam mendidik anak
didiknya serta kekuatan do’a yang dihanturkan seorang guru untuk muridnya
karena memang sejatinya guru adalah orang tua kedua di sekolah. beberapa hal yang
dapat diambil yang dapat kita jadikan rujukan dalam mendidik:
1.
Gunakan
kalimat-kalimat motivasi possitif yang mampu membentuk kepribadian anak didik
kita
2.
Islam
adalah agama yang sempurna, di dalamnya terdapat orang-orang yang dapat
dijadikan contoh dalam kehidupan, maka ceritakanlah riwayat umat-umat muslim
terutama Rasulullah saw dalam membentuk kepribadian anak, hal ini terlihat
dalam sebuah gambaran yang dituliskan di dalam buku Muhammad Al-Fatih dimana
Mehmed sering sekali menggunakan taktik yang digunakan Rasulullah dalam
berperang
3.
Do’a
seorang guru yang bermunajat kepada Allah mengenai anak didiknya sangatlah
berarti, terlihat dan tergambarkan dari peristiwa yang tertulis di atas, maka
sebagai seorang guru atau orang tua janganlah berhenti mendo’akan anak didik
mereka, ketika kita tidak memiliki kemampuan untuk menghandel
permasalahan-permasalahan yang terdapat pada anak didik kita, maka serahkanlah
semua kepada Sang Pemberi Masalah Allah SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar