Selasa, 31 Mei 2016

Guru = Artis



GURU = ARTIS
Mungkin tulisan ini agak sedikit menimbulkan tanda tanya atau bisa saja yang membacanya langsung mengerutkan alisnya. wait…. dibaca dahulu ya…
yang tidak suka nuhun masukannya karena memang untuk tulisan yang satu ini berawal dari sebuah pendapat yang terbesit ketika masih duduk dibangku kuliah saat masa-masa micro teaching dan menjelang PPKT, dimana kami diharuskan berhadapan langsung dengan siswa-siswa di lapangan. Menjadi guru walaupun beberapa tahun yang lalu kami masih menjadi seorang murid. dan satu hal yang digaris bawahi adalah…………..kami sudah mulai berpakaian seperti layaknya seorang guru, menggunakan pakaian safari, berkemeja dan tak jarang juga menggunakan batik. Kami harus menyesuaikan pakaian kami serapih mungkin di hadapan siswa-siswi, karena kami adalah artis.
Ya, kenapa artis???
layaknya sebuah sinetron atau drama korea atau mungkin telenovela (jaman dulu banget heheh) yang didalam nya terdapat actor dan artis yang mampu memikat para penontonnya, bahkan tak jarang juga para penontonnya mengikuti gaya atau trend-trend yang ada di dalamnya. Terutama para ABG atau remaja yang memang sedang dalam masa pencarian, sering kita melihat style remaja yang satu dengan remaja yang lainnya sama yang menyudut pada sebuah film yang sedang hits, klo jaman saya SMA dulu(sekitar 6-8 tahun yang lalu) yang sedang trend di remaja putrinya adalah menggunakan rok dipinggul karena memang saat itu yang sedang hits adalah sinetron2 sekolahan yang siswinya menggunakan rok di pinggul, sedangkan saat masih SMP yang sedang trend di remaja putrinya adalah menggunakan anting berukuran cukup besar yang terbuat dari plastik, sedangkan untuk di kalangan para remaja putra yang sedang trend adalah menggunakan kaos berwarna pink (bener ga  ya??? hehehe, klo salah dimaklum ya sudah beberapa tahun silam sih). Tapi yang pasti kita semua pasti sadar bahwa artis-artis yang sedang bermunculan atau tenar di layar kaca akan menjadi acuan para penontonya dalam bergaya atau bertingkah laku.
Begitu pula dengan yang terjadi saat ini, suatu hal yang miris pernah saya temui di media sosial, yang menayangkan tingkah seorang siswi SD berfose layaknya orang dewasa di atas ranjang dalam sebuah kamar dengan pacarnya, lalu juga tingkah sepasang kekasih yang mengupload foto mereka sedang melakukan kissing. Dari mana mereka belajar ini semua? tentu saja dari siaran-siaran televisi atau media-media lainnya yang didalamnya terdapat peran artis dan actor.
jadi untuk para guru, bisakah kita menjadi artis untuk mereka siswa-siswi kita yang notabennya adalah amanah-amanah  Ilahi yang kelak akan menjadi penerus bangsa ini.
Tugas terpenting seorang guru adalah menanamkan akhlak di dalam diri siswa nya, dan sebuah pembelajaran, hal yang sangat mudah tertanam di dalam diri manusia adalah contoh dan praktek bukan hanya sekedar teori dan hafalan semata, jadi ketika kita ingin menanamkan akhlak kepada siswa-siswi kita maka  hal yang paling diutamakan adalah bagaimana akhlak kita, apakah sudah baik atau belum. Karena guru adalah contoh bagi anak didiknya.
Pernah saya mengikuti sebuah majelis, di dalamnya membahas hal apa yang seharusnya pertama kali dilakukan seorang guru. Hal yang harus ditanamkan adalah terkait akhlak, jika seorang guru menginginkan anak didiknya berakhlak baik, maka ia pun harus berakhlak baik. Ketika seorang guru merokok maka anak didiknya yang masih dibawah umur pun tidak akan segan untuk merokok, ketika seorang guru bertutur kata yang tidak baik, maka ini pun menjadi suatu hal yang lumrah untuk dicontoh anak didiknya. Berat sudah pasti, namun inilah tanggung jawab seorang guru, terasa berat namun kelak akan menuwai hasilnya kelak, karena memang mereka adalah investasi-investasi akhirat.
Ketika seorang guru menjadi artis untuk para anak didiknya, lalu kepada siapa seorang guru akan mengambil contoh dalam berakhlak?
Saya rasa kita semua sudah sama-sama sadar dan tahu siapa guru terbaik di muka bumi ini yang menjadi pendidik bagi anak-anak didiknya yang sukses dalam meraih kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah, beliau adalah guru terbaik sepanjang masa, maka bisa menjadi bacaan atau agenda wajib untuk kita mendalami bagaimana Rasulullah bercengkrama dan mengajarkan ayat-ayat Ilahi kepada umatnya. meluangkan waktu untuk buku-buku dan berada di dalam majelis yang mengupas sirah nabawiyah, prophet parenting atau pendidikan islami saya rasa tidak akan membuat kita merasa rugi
Lalu bagaimana jika seorang guru sudah mengupayakan untuk menjaga akhlaknya dan memberikan contoh yang terbaik namun anak didiknya masih saja kurang dalam akhlak?
Kita kembalikan lagi kepada Sang Pembolak-balik hati manusia, karena manusia hanya mampu berusaha dan penentu semuanya adalah Allah swt. Karena dibalik menjadi contoh untuk di tiru, tugas seorang guru adalah mendo’akan anak didiknya.
Teringat sebuah buku yang mengisahkan Al-Fatih penakluk konstantinopel, di dalamnya mengisahkan seorang guru yang berpengaruh besar dalam kesuksesan Al-fatih menaklukan konstantinopel. Syeikh Aaq Syamsudin bersujud khusyuk kepada Sang Ilahi ketika anak didiknya sedang berada di medan perang mewujudkan sabda Nabi Muhamma. Dan tak jarang juga saya diingatkan oleh ustadz dan ustadzah tempat saya bekerja dalam sebuah agenda wamtaq rutin, pernah diantara mereka menyampaikan bahwa terdapat sebuah pesantren yang di dalamnya mengisahkan seorang kiyai yang selalu mendo’akan anak didiknya dalam sujud malam terutama anak-anak yang menjadi sorotan atas tingkahnya yang menggemaskan, dan atas Ridho Allah anak didiknya tersebut menjadi pribadi yang berakhlak baik saat dewasa
Maka jangan pernah berhenti untuk belajar menjadi artis bagi anak didik kita, sebuah peran yang kita ambil pelajarannya dari Rasulullah, serta jangan pernah lelah mengahantarkan do’a-do’a kepada Allah untuk anak didik kita
karena Saya, kamu dan kalian semua masih dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas generasi-generasi masa depan yang bukan hanya dalam segi akademis namun juga akhlak. Terutama penulis yang masih miskin ilmu ini, masih membutuhkan masukan, saran dan ilmu dari para pembaca blog ini.



1 komentar: