Rabu, 17 Agustus 2016

Butuh Tahunan Bahkan Milyaran Tahun untuk Bisa Bermanfaat



Butuh Tahunan Bahkan Milyaran Tahun untuk Bisa Bermanfaat


Bismillahirahmanirrahiim……………….
Segala puji bagi Sang Pencipta makhluk yang menciptakan segala hal di muka bumi ini tanpa ada yang sia-sia. Menciptakan material kecil seperti electron bahkan yang lebih kecil dari itu “quark” sebagai sarana pemberlajaran bagi manusia, bahwa tanpa adanya pergerakan material terkecil itu manusia tidak akan pernah mampu bergerak, bahkan bisa kita bayangkan berapa milyar elektron yang bergerak dalam setiap detak jantung dan aktifitas lainnya. Lalu siapakah yang mengatur milyaran materil tersebut? Ia lah Sang Pengatur yang mengaturnya, mengatur milyaran elektron yang terdapat di dalam milyaran makhluk di alam semesta, karena seperti yang kita yakini elektron adalah materil kecil yang bukan hanya bertindak sebagai penyusun makhluk bumi namun juga makhluk alam semesta bahkan makhluk yang tak sanggup dilihat oleh manusia, allahu’alam

Mengawali tulisan dengan perumpamaan materil kecil di alam semesta bukanlah menjadi tujuan dari tulisan saya yang satu ini. Tergugah menulis kembali lebih dalam terkait benda yang bersinar di atas langit saat berada di tengah pepohonan dalam hutan pada pukul 02.30 dini hari saat teacher camp. Malam itu mendapat tugas untuk menulis sebuah hal yang sudah dan akan dilakukan sebagai Pembina titipan-titipan Ilahi. Sebagai seorang yang masih fakir ilmu tentang tulisan, rasanya menggoreskan tinta di atas lembaran putih secara spontan adalah suatu hal yang tidak mudah, hingga akhirnya Sang Penguasa mengingatkan diri ini untuk berbagi sedikit ilmu yang sedang saya resapi dari sebuah buku “Terpesona di Sidratul Muntaha” Karya Agus Mustofa, sebuah buku yang mengulik kuasa Nya dalam mengantarkan Rasulullah melakukan Isra Mi’raj

Sang Ilahi mempertemukan saya dengan sebuah ilmu dalam buku yang membuat diri ini semakin tertunduk dan bertasbih kepadaNya. Lembaran-lembaran awal membahas tentang kecepatan cahaya yang akhirnya kecepatan ini mampu mengantarkan Rasulullah berpindah dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha hanya dalam hitungan detik, cahaya adalah sebuah materil yang diyakini sebagai penyusun diri Buraq dan malaikat jibril, dan cahaya adalah materil yang memiliki kecepatan 300.000km/detik hingga akhirnya di yakini bahwa di alam semesta ini, cahayalah pemilik kecepatan tertinggi.Maka saya tersadar begitu indahnya Sang Ilahi mengatur perjalanan Rasulullah dan memberikan pembelajaran bagi umat manusia.

Beralih pada peristiwa dini hari saat harus terduduk berjauhan dari yang lainnya dalam rimbunan jangkrik yang perlahan menaiki rok celana, satu pesatu lampu dari kawan seberang mulai redup menandakan mereka telah selesai membuat tulisan, lalu bagaimana dengan kisah orang yang masih fakir ilmu menulis ini???? Hingga akhirnya Sang Pengatur alam semesta membiarkan cahaya bintang-bintang menggantikan cahaya head lamp yang mulai redup. Ya Bintang di langit menjadi tema tulisan saya saat itu.

Mengulik sedikit tentang bintang, Beberapa diantara kita mungkin sudah tahu bahwa jarak antara bintang dengan bumi tidaklah seperti jarak dari Jakarta ke Bandung yang hanya beberapa km. Jarak antara bumi dan bintang ribuan jutaan km bahkan ada yang tak mampu dihitung lagi dengan satuan km. Bahkan dituliskan bahwa jarak terdekat bintang adalah 8 juta tahun cahaya dan yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa terdapat bintang yang berasal dari luar galaksi bima sakti tempat bumi berada sehingga memiliki jarak 1 miliar tahun cahaya dari bumi, hal ini menandakan bahwa sinar bintang pada malam itu yang berasal dari bintang yang berjarak 8 tahun cahaya adalah sinar bintang 8 tahun yang lalu bukan cahaya yang sedang berpijar di bintang saat itu. Atas Rahman dan Rahim Nya lah cahaya 8 tahun lalu itu tidak hilang berpencar hingga mampu menyinari bumi di malam hari. 



Begitu kompleks memang alam semeta ini, jangankan alam semesta, lapisan langit bumi kita saja sangat kompleks, lapisan atmosfer yang berusun berlapis-lapis di tambah berterbangannya debu-debu bisa saja menjadi penghalang masuknya cahaya bintang ke bumi, namun Sang Penyayang tidak ingin membiarkan makhluk Nya di muka bumi merasakan kegelapan hingga akhirnya Ia menjadikan hal yang tidak mustahil menjadi mustahil. Membiarkan perjalanan cahaya selama 8 tahun memasuki bumi dan dirasakan manusia.

Malam itu saya jadikan bintang sebagai tema sebuah harapan untuk titipan Ilahi. Belajar dari sebuah bintang yang tanpa lelah tetap terus bercahaya walaupun manfaat yang diterima makhluk bumi 8 tahun setelah usahanya bahkan milyaran tahun, namun bintang tetap terus berusaha bercahaya dan bukanlah sebuah hal yang sederhana jika kita mengulik lebih dalam bagaimana sebuah benda dapat memancarkan cahaya, cukup kompleks membahas bagaimana sebuah benda dapat memancarkan cahaya, bagaimana bahan bakanya, prosesnya, interaksi antar partikel di dalamnya dan hal-hal lainnya. Ini juga yang akan mereka hadapi para titipan Ilahi di tangan yang masih fakir ilmu mendidik seperti saya, tanpa memperdulikan gunjingan orang-orang yang hanya melihat cover karena seperti benda yang sedang berusaha memancarkan cahaya yang tak jarang elektron didalamnya tereskitasi dan kembali lagi ke posisinya hingga akhirnya mengeluarkan sinar-sinar mengganggu dan seperti ini pula lah kalian saat ini, tetap dan teruslah berusaha untuk menjadi makhluk yang bermanfaat kelak.

Lagi-lagi, ini adalah sebuah pembelajaran yang Ilahi sisipkan. Dan inilah yang saya harapkan tertanam dalam diri mereka dan diri sendiri. Tetap terus berusaha menjadi makhluk bermanfaat untuk orang lain, terus berusaha walaupun manfaat yang akan diterima orang lain cukup lama, karena meyakini tidak akan ada suatu hal yang sia-sia. Dengan tetap membalut keistiqomahan berusaha dalam sebuah ketawadhuan dan Lillah kepadaNya. Karena seperti cahaya bintang yang akhirnya dihantarkan Sang Pencipta melewati lapisan-lapisan alam semesta dan lapisan-lapisan langit bumi hingga akhirnya sampai ke bumi, begitu jugalah dengan usaha manusia yang tidak akan pernah mencapai tujuannya tanpa ridho dari Nya.
Semoga tulisan yang masih mencari arah ini bermanfaat bagi para pembacanya




Allahu’alam
terinspirasi dari Al-Qur’an, Sirah Nabawiyah dan Buku Terpesona di Sidratul Muntaha